This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 27 November 2015

makalah antar suku konflik sampit

Logo_Gundar.pngMAKALAH KONFLIK SAMPIT ANTARA SUKU DAYAK DENGAN SUKU MADURA








Oleh:
Ghifari Fakhran Isya
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Depok
Tahun 2015/2016

Kata Pengantar

Pertama-tama saya ingn mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalh tentang konflik sampit antara Suku Dayak dengan Suku Madura ini dengan baik. Dimana makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. saya ingin berterima kasih kepada semua pihak yang membantu saya dalam mengerjakan tugas makalah ini. Apabila ada kritik dan saran dari pembaca, saya bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena kritik dan saran ini sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya dimasa mendatang.sehingga saya akan berusaha untuk menyelesaikan makalah  dengan lebih baik lagi.













                                     

Daftar Isi

Kata Pengantar ..............................................................................................................................i
Daftar Isi ........................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1              Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2              Rumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3              Maksud dan Tujuan............................................................................................................5
Bab II Pembahasan
         2.1 Mempelajari Konflik Sampit………….………………………………………………..6
         2.2 Kronologis Peristiwa………………….………………………………………………..9
         2.3 Penyelesaian Masalah………………………………………………….………………11
Bab III Penutup
         3.2 Kesimpulan…………………..………………………………………………………..12



                                                                               

Bab I
Pendahuluan

Latar Belakang
Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut dari persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan merasakannya. Dengan demikian jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan begitu pun sebaliknya.
                Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasarkan ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alas an rasional.
Prasangka dibagi 3 kategori:
·         Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
·         Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai atau tidak disukai
·         Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecendrungan seseorang dalam bertindak.

Diskriminasi yaitu membeda-bedakan karakteristik individu yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecendrungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, jenis kelamin, ras, agama dan kepercayaan, kondisi fisik, atau karakteristik lain yang diduga merupakan asar dari tindakan diskriminasi.

kategori diskriminasi dibagi 2, yaitu:
·                     Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan/kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu menghambat adanya peluang sama.
·                     Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatid saat diterapkan di lapangan.

Rumusan Masalah
·       Mempelajari konflik Sampit
·       Bagaimana terjadinya konflik Sampit pada 2001

Maksud dan Tujuan
1.      Maksud
Maksud penulisan makalh ini adalah untuk menggambarkan bagaimana konflik yang terjadi antara Suku Dayak dengan Suku Madura.
2.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan bagaimana terjadinya Konflik Sampit.










Bab II
Pembahasan

Mempelajari Konflik Sampit
Permasalah konflik tidak terlepas dari adanya interaksi antara suku bangsa didalam penguasaan sumber daya yang ada di dalam lingkup teritorialnya. Pada awalnya masyarakat yang berada di Sampit sangat konformitas terhadap persinggungan budaya hal ini dikarenakan tragedy sampit yang menjatuhkan korban jiwa yang cukup banyak dari suku Madura merupakan kompleksitas dari tragedy-tragedi kecil yang sebelumnya pernah terjadi. Sehingga masyarakat suku dayakmemberikan label terhadap suku Madura sebagai suku antagonis sehingga atas ketidakberdayaannya melawan pengaruh-pengaruh penguasaan suku pendatang secara dominan terhadap suku yang seharusnya menjadi milik territorial sumberdaya dominan yang dilakukan oleh Suku Madura yang menyebabkan kecemburuan secara social dan ekonomi.
Banyak sebab yang membuat suku Dayak  seakan melupakan asasi manusia baik langsung maupun tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu “terdesak” dan selalu mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas “tanah adat” mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampong mereka yang harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari pada penebang kayu yang mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus-kasus tersebut.
Tidak sedikit kasus-kasus pembunuhan orang Dayak ( yang sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para tersangka tidak bisa ditangkap dan diadili oleh aparat penegak hukum.
Etnis Madura juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat suku Madura sebagai pendatang).
 Sering terjadinya kasus pelanggarang “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu dari suku Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnis Dayak-Madura.
Dari cara mereka melakukan usaha dalam bidang perekonomian saja, mereka terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat banjar sekali pun. Banyak cara-cara pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka. Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Tidak semua suku Madura bersifat seperti ini. Namun, hanya segelintir saja.
Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura dan Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan inilah yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Missal, adat orang Madura yang membawa parang atau celurit kemanapun pergi membuat orang Dayak melihat sang “tamu”-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak membawa senjata tajam hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka terlibat keributan dari soal salah menyambit rumput sampai kasus tanah amat mungkin persoalan yang semula kecil meledak tak karuan, melahirkan manusia-manusia tak bernyawa tanpa kepala saat terjadi pembantaian Sampit entah bagaimana cara mereka (suku Dayak) yang tengah dirasuki kemarahan membedakan suku Madura dengan suku lainnya yang jelas suku-suku lainnya luput dari serangan orang-orang Dayak.
Begitu pula adanya catatan ingatan dari suku asli tentang perlakuan-perlakuan yang tidak adil terhadap suku asli yang menyebabkan meningkatnya konformitas dan identitas kesukuan yang dibangkitkan oleh masyarakat Dayak. Ada beberapa peristiwa yang menjadi catatan ingatan dari masyarakat Dayak yang menurut mereka adalah perlakuan yang tidak wajar terhadap masyarakat suku Dayak, antara lain:
·         Tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa di Palangka Raya. Atas kejadian itu diadakan perdamaian secara hukum adat.
·         Tahun 1982, terjadi pembunuhan orang Dayak yang pelakunya merupakan orang Madura. Tidak ada penyelesaian hukum dan pelaku tidak tertangkap.
·         Tahun 1983, warga Kasongan yang ber-etnis Dayak dibunuh di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan. Diadakan perdamaian, dilakukan peniwahan itu dibebankan  kepada pelaku pembunuhan. Perdamaian ditandatangani kedua pihak dan jika pihak Madura melakukan perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.
·         Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa dan dibunuh di gedung bioskop Panala di Palangka Raya, ternyata hukumannya sangat ringan.
·         Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan semua orang Madura meninggal pada kejadian tersebut. Orang dayak mempertahankan diri dengan ilmu beladiri. Dan orang Dayak dihukum berat.
·         Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota kecamatan Kaltingan Tengah, seorang anak mati terbunuh oleh seorang tukang sate etnis Madura. Anak itu hanya kebetulan lewat setelah tukang sate tersebut bertikai dengan para anak muda.
·         Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok empat pemuda Madura hingga meninggal, pelakunya dinyatakan melarikan diri dan kasus tidak diselesaikan secara hukum.
·         Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang Madura karena masalah sengketa tanah. 2 orang Dayak meninggal dunia.
·         Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas ketertiban umum dibacok oleh orang Madura, pelaku ditahan di polresta Palangka Raya, namun dibebaskan keesokan harinya tanpa tuntutan hukum.
·         Tahun 1999, di Pangkut, ibukota kecamatan Arut Utara, kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian missal dengan suku Madura. Gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas suku dayak. Perkelahian banyak menimbulkan korban pada kedua pihak. Tak ada penyelesaian hukum.
·         Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri. Tindakan tersebut dilakukan untuk balas dendam, namun salah alamat.
·         Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, sekeluarga Dayak dibunuh oleh orang Madura, pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.
·         Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 orang Dayak di bunuh oleh pengeroyok suku Madura di depan gereja Imanuel. Pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.
·         Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pengeroyokan oleh suku Madura. Pelaku kabur tanpa penyelesaian hukum.
·         Tahun 2001, di Sampit (17-20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh karena dibantai. Suku Madura lebih dulu menyerang warga Dayak.
·         Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga dayak terbunuh diserang suku Madura.
Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan suku lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan suku Madura. Lalu terjadilah peristiwa kerusuhan pada 25 Februari yaitu peristiwa Sampit yang mencekam.
Apa yang membuat suku Dayak begitu marah dengan menghadapi suku Madura. Hamper semua tokoh Dayak menunjukan kebanyakan etnis Madura lah penyebab akar permasalahannya. Maka dari itu , terpapar diatas bahwasanya persinggungan penguasaan sumberdaya yang tidak terdistribusi secara merata dalam persaingan dan kerjasama sebelum meningkat menjadi konflik juga dipicu karena permasalahan lebel dari masyarakat suku Dayak terhadap suku Madura dalam segi budaya yang menimbulkan etnosentrisme sehinggan terjadi konflik.
Kronologis Konflik Sampit
18 Februari 2001
·          Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan terjadinya perkelahian antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak di Jalan Padat Karya, yang mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari Suku Madura.
·           Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua) buah rumah yang  dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1 (satu) buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya dari Suku Dayak.
·           Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB
·          Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam senjata tajam sebanyak 62 buah.
·         Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
Tanggal 19 Februari 2001
·         Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku Madura di Jalan Suwikto, Sampit.
·         Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
·         Pkl. 17.00 WIB diadakan sweeping oleh Petugas aparat keamanan terhadap kelompok Suku Madura dan kelompok Suku Dayak di Sampit.
·         Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan diamankan di Polres Kotim.
·         Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama  pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
·         Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama  pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
·         Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom Molotov.
Tanggal 20 Februari 2001
·                     Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP, KAPOLDA dan Wakil Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin Timur dengan tokoh masyarakat di Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan Tokoh Masyarakat Sampit) untuk mengupayakan penghentian pertikaian dan dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan mengadakan dialog dengan warga yang bertikai.
·         Warga yang ketakutan karena kerusuhan dan sweeping disertai pembakaran rumah yang dilakukan oleh Suku Madura terhadap Suku Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya Sampit, Gedung DPRD Kotawaringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati Kotawaringin Timur sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura dan sebagian warga non Madura mengungsi ke Palangka Raya.
·         Terjadi perkelahian dan kerusuhan massal terbuka antara Suku Madura dan Suku Dayak yang datang membantu dari pedalaman. Di saat inilah kerusuhan terbesar terjadi dimana kedua pihak etnis tersebut saling membantai etnis lainnya.

Dari serangkaian peristiwa yang mencekam tersebut dilaporkan terdapat sebanyak 383 orang korban jiwa dan 38 orang luka-luka. Korban materil berupa 793 buah rumah terbakar, 48 buah rumah rusak, 13 buah kendaraan bermotor, dan 206 buah becak. Dan akhirnya seluruh etnis Madura yang berada di Kalimantan Tengah dan tempat-tempat lainnya diungsikan keluar daerah tersebut.
Penyelesaian Masalah
Pertama-tama penyelesaian diserahkan untuk ditangani oleh lembaga independen yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dari kedua etnis serta kalangan intelektual dan tokoh-tokoh kredibel dari pemerintahan. Yang difasilitasi sepenuhnya oleh negara. Lembaga ini diberi kewenangan untuk menemukan kesepakatan dari pihak-pihak yang bertikai dan kemudian mengantarkan para pihak ke titik rekonsiliasi yang memungkinkan menata mereka kembali keharmonisan social dalam ketenangan dan rasa aman yang terjamin.
Kedua, siapa pun yang diindikasikan kuat sebagai actor-aktor intelektual di balik kerusuhan di Kalteng, baik dari kalangan etnis Dayak maupun Madura, harus ditangkap dan dibawa ke pengadilan. Supremasi hukum harus ditegakkan atas mereka.
Ketiga, negara harus membantu warga etnis Madura untuk mendapatkan kembali hak milik mereka berupa asset ekonomi terutama yang berupa tanah serta rumah tempat tinggal. Juga memberikan kompensasi terhadap etnis Dayak untuk menjadi tuan tanah di tanah nenek moyangnya. Mereka harus diberdayakan dari berbagai aspek kehidupan.
Keempat, negara bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat melakukan sosialisasi dan kampanye terus-menerus dalam berbagai bentuk tentang kenyataan Indonesia sebagai bangsa majemuk berikut pentingnya hidup berdampingan secara damai serta keutamaan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan di dalama masyarakat. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah berupaya menghapus kesan negatif atau stereotype antara etnis Dayak dan Madura selama ini.

Bab III
Penutup
Kesimpulan
            Permasalahan konflik antara suku Dayak dan Madura adalah rangkaian panjang dari perjalanan interaksi antara kekuatan-kekuatan social dalam struktur social dalam memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan persaingan dan akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada akan menyebabkan konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab konflik, tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi-solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.

Share:

Minggu, 22 November 2015

PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA NASIONAL TARI REOG PONOROGO

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR
PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA NASIONAL TARI REOG PONOROGO


 













DISUSUN OLEH:
GHIFARI FAKHRAN ISYA
12315873
FTSP UNIVERSTAS GUNADARMA 2015













KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pembangunan dan Perkembangan Budaya Nasional Terhadap Tari Reog Ponorogo ini tepat pada waktunya.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam mencari segala informasi yang berkaitan dengan makalah ini.
Penulis menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.


Depok, Oktober 2015















Daftar Isi :
Kata Pengantar ................................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................................... II
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................ 5
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Tari ................................................................................................................ 6
2.2 Pengertian Tari Reog Ponorogo ...................................................................................... 7
2.3 Sejarah Tari Reog Ponorogo............................................................................................ 7
2.4 Tokoh-Tokoh Dalam Tari Reog Ponorogo....................................................................... 9
2.5 Pementasan Reog Ponorogo............................................................................................ 11
2.6 Kontroversi...................................................................................................................... 14
2.7 Fungsi Tari ...................................................................................................................... 15
2.8 Prestasi Reog Dalam Dunia Seni..................................................................................... 15
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 16
3.2 Daftar Pustaka ................................................................................................................ 17



















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di era globalisasi ini semakin banyak masyarakat yang menganggap kesenian khas daerah yang dalam hal ini adalah Reog Ponorogo hanya sebuah kesenian masa lalu.Yang di anggap kesenian memanggil setan dengan aura mistis.
Dan dalam kenyataannya semakin banyak masyarakat yang melupakan warisan kebudayaan daerah, dalam hal ini adalah Reog Ponorogo karena semakin majunya hiburan .
Reog Ponorogo merupakan kesenian khas daerah Ponorogo yang pada akhirnya akan luntur apabila tidak ada peran pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan kesenian tersebut dan bahkan warga negara lain yang notabene bukan merupakan kesenian khas daerah meraka malah mau melestarikan peninggalan budaya masa lalu itu.
Dan dampaknya muncul kontroversi kalau negara tetangga mulai mengakui kesenian khas daerah kita lalu bagaimana kita sebagai pemilik asli dari kesenian khas daerah tersebut apakah kita hanya berdiam diri dan membiarkannya terjadi begitu saja? padahal sebenarnya dizaman sekarang bukan suatu upacara pemanggilan setan melainkan suatu sendra tari yang sangat menarik untuk dipahami dan dipelajari. Namun apakah masyarakat zaman sekarang mengetahui apa itu kesenian Reog Ponorogo?
Oleh karena itu makalah kesenian ini saya buat agar para pembaca dapat mengetahui apa itu Reog Ponorogo dan menghimbau agar semua elemen masyarakat khususnya para pemuda di Indonesia mau melestarikan kesenian khas daerah mereka masing masing dan mungkin kalau bisa membawa kesenian tersebut ke kancah internasional.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan beberapa masalah yang dapat dikaji pada BAB selanjutnya yakni :
1.                  Pengertian Tari
2.                   Pengertian Reog Ponorogo
3.                   Sejarah Reog Ponorogo
4.                  Pementasan seni Reog Ponorogo
5.                  Kontroversi Reog Ponorogo
6.                  Prestasi Reog di Dunia Seni

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan saya membuat makalah Reog Ponorogo ini agar para pembaca dapat mengetahui tentang kesenian reog ponorogo yang berada di Jawa Timur dan setelah membaca dapat menimbulkan rasa keinginan dan sadar akan budaya lokal yang ada di Indonesia agar di lestarikan oleh masyrakat dan generasi generasi muda Indonesia.























BAB II
PEMBAHASAN

A.                PENGERTIAN TARI

Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Pengertian tari oleh beberapa ahli yaitu:
1.      Sussanne K. Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu.
2.      Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
3.      .      La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
4.      Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah
5.      M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari
6.      Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21).
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer.Sebagai bentuk latihan-latihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang.Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.



B.                 PENGERTIAN TARI REOG PONOROGO
Reog adalah sebuah kesenian budaya berbentuk teater yang dilakukan oleh sekelompok pemain drama tari dengan berbagai karakter dan perwatakan pelaku dengan menggunakan topeng yang besar, kesenian Reog ini berasal dari daerah Jawa Tawa timur bagian barat – laut dan kabupaten Ponorogo dianggap sebagai kota asal kesenian Reog yang sebenarnya. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental akan bau mistik dan ilmu – ilmu kebatinan nya.                 
Pada zaman modern sekarang ini Reog biasanya dimainkan oleh ± 7 orang pria bertubuh gagah dengan memakai topeng berwarna merah dengan jambang dan kumis yang panjang dalam kesenian Reog mereka disebut Warok, lalu ada ± 6 pria yang berpenampilan seperti perempuan dan masing – masing menunggangi seekor kuda tetapi karena perubahan zaman akhirnya beberapa paguyuban seni tari dan teater Reog mengganti penari mereka menjadi seorang wanita asli dalam kesenian Reog mereka sering disebut dengan Jathilan, sepasang pemgawal raja yang disebut bujang anom, dan ada seorang raja yang berpenampilan layaknya sebuah pemimpin lalu ada seekor singa yang bernama singo barong yang ditunggangi seekor merak yang disebut Singo Barong dan disini keunikan dari Reog yaitu Singo Barong yang memiliki berat 50 – 60 kg hanya di bawakan dan ditarikan menggunakan gigi dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah terlatih.

C.                SEJARAH TARI REOG PONOROGO
Akibat dari Kekacauan di Pusat Pemerintahan Majapahit dan ketidakpuasan Para Punggawa Kerajaan, salah satu Punggawa menyingkir dari Pusat Kerajaan. Hal ini dikarenakan Raja Brawijaya lebih memperhatikan istri China-nya(Putri Cempa) dan mengabaikan pendapat dari Penasehat atau Punggawa Kerajaan. Punggawa ini menyingkir ke wilayah pinggir dari Kerajaan Wengker (Ponorogo). Wengker adalah Kerajaan Bawahan Majapahit dan tidak Logis jika Punggawa ini menyingkir ke Pusat Pemerintahan Wengker (Ponorogo sekarang). Dari bentuk Candi Brongkah yang ditemukan di Brongkah sebelah barat kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek, menurut penulis Candi Brongkah adalah Batas Wilayah Kerajaan Wengker dan Kediri. Jika pendapat penulis ini benar, artinya Wilayah Pinggir dari Kerajaan Wengker meliputi 12 Kecamatan di Wilayah Kabupaten Trenggalek karena dari situs yang ditemukan di Ponorogo, Pusat Kerajan Wengker ada di Wilayah Kabupaten Ponorogo sekarang.
Dan wilayah yang sejak dahulu menjadi tempat pelarian Para Punggawa Kerajaan, Raja, Perampok dan tempat Pertapaan adalah Wilayah Kecamatan Kampak Trenggalek. Kenapa Kampak, karena wilayah ini terlindung oleh gugusan bukit-bukit kecil yang mengelilinginya sehingga aman untuk tempat perlindungan. Punggawa ini tidak puas dengan Raja dan ingin memberontak. Namun apa daya, kekuatan prajurit Majapahit jauh melebihi kekuatan pengikut Punggawa ini. Akhirnya muncul ide menciptakan kesenian untuk mengkritisi Raja Brawijaya. Sesuai Karakter Orang Jawa, mengkritik tidak mau secara langsung pada sasaran karena jika salah perhitungan akan mati konyol maka digambarkan dengan lambang atau gambaran. Muncullah penggambaran Kepala Singa/Macan dan diatasnya Burung Merak adalah Raja Brawijaya yang ditunggangi atau dikendalikan istri China-nya Putri Cempa. Para laki-laki yang berhias seperti perempuan dengan kuda lumping adalah penggambaran Prajurit Majapahit yang telah Loyo dan jatuh mentalnya seperti Prajurit Perempuan menunggang kuda dan menari-nari mengikuti titah Raja yang tak lagi berwibawa. Bujang Ganong adalah penggambaran dari Pujangga sendiri yang selalu menggoda Raja atau Barongan Merak dan menari-nari dengan lincahnya. Dari sinilah kesenian Reog Ponorogo muncul dan menyebar ke seluruh Kerajaan Wengker menjadi kesenian rakyat dan terus berkembang sampai sekarang.
Sedang budaya Warog sendiri menurut penulis adalah Pendeta-pendeta Suci atau orang-orang Sufi dalam Islam yang mengawal Si Punggawa. Para Pendeta atau Warog ini tidak menikah dan jika menginginkan perempuan, maka dia mencari laki-laki muda yang didandani wanita untuk dijadikan kesenangan/Gemblak agar terhindar dari perbuatan zina. Para Gemblak ini dipelihara layaknya istri dan dimanja sampai Si Warog sudah tak membutuhkan lagi.










D.                TOKOH-TOKOH DALAM TARI REOG PONOROGO
Jathilan (Depan)

Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog.Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik.
Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.

Warok
Warok yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa(Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).\
Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.

Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog.Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat.
Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah.Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal.Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun
warok memberikannya seekor sapi.Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya.Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok.Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya.
Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan.Di masa sekarang gemblak sulit ditemui.Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur.
Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.







 Barongan (Dadak merak)
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik (tasbih).Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. [4] Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya).
Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.

Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu - tunggu oleh penonton khususnya anak - anak.Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

E. Pementasan Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi.Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.
1.      Alur Pertunjukan
Tari Reog modern sering dipentaskan dalam acara pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan.Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah.Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani.
Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda.Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan.Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan.Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.Adegan dalam seni reog tidak ada skenario karena selalu terjadi interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak.Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg.Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi.Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

2.      Musik Pengirig Reog Ponorogo
Musik pengiring ini di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok penyanyi yang terdiri dari dua penyanyi yang menyanyi lagu daerah seperti Jathilan Jonorogo apabila diadakan di kabupaten Ponorogo dan apabila di Surabaya para aguyuban reog di Surabaya sering menggantinya dengan Semanggi Surabaya atau Jembatan Merah yang merupakan lagu khas Surabaya dengan bahasa jawa lalu kelompok instrument gamelan memiliki anggota sekitar 9 orang yang terdiri dari:
·         orang penabuh gendang
·         1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan.
·         orang peniup slompret
·         2 orang penabuh kenong
·         1 orang penabuh gong
·         2 orang pemain angklung
Salah satu ciri khas dari tabuhan reog adalah bentuk perpaduan irama yang berlainan antara kethuk kenong dan gong yang berirama selendro dengan bunyi slompret yang berirama pelog sehingga menghasilkan irama yang terkesan magis.

3.      Alat Musik Yang Mengiringi Reog Ponorogo
a)      Alat musik dalam gamelan reog berjumlah 9 buah.
b)      orang penabuh gendang dimainkan dengan dipukul dan terbuat dari kayu dan kulit sapi
c)      1 orang penabuh ketipung atu gendang terusan. dimainkan dengan dipukul dan terbuat dari kayu, alumunium dan kulit sapi

d)     orang peniup slompret dimainkan dengan ditiup dan terbuat dari bambu 2 orang penabuh kenong dimainkan dengan dipukul dengan menggunakan alat dan terbuat dari logam dan kayu
e)      1 orang penabuh gong dimainkan dengan dipukul dengan alat dan terbuat dari logam dan kayu
f)       orang pemain angklung dimainkan dengan digoyang dan terbuat dari bamboo

4.      Lagu Daerah Yang Mengiringi Reog Ponorogo
Judul nyanyian yang digunakan tergantung tempat di tampilkan seperti Semanggi Suroboyo atau Jathilan Ponorogo
a)      Nyanyian yang dinyanyikan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa jawa.
b)      Nyanyian di reog ini dinyanyikan selama ± 20 menit

5.      Reog di Masa Sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir.
Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.

F.      Kontroversi
Tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan. Deskripsi akan tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak, yang merupakan asli buatan pengrajin Ponorogo . Permasalahan lainnya yang timbul adalah ketika ditarikan, pada reog ini ditempelkan tulisan “Malaysia” dan diaku menjadi warisan Melayu dari Batu Pahat Johor dan Selangor Malaysia – dan hal ini sedang diteliti lebih lanjut oleh pemerintah Indonesia.
Hal ini memicu protes dari berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang berkata bahwa hak cipta kesenian Reog dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ribuan Seniman Reog pun menggelar demo di depan Kedutaan Malaysia. Berlawanan dengan foto yang dicantumkan di situs kebudayaan, dimana dadak merak dari versi Reog Ponorogo ditarikan dengan tulisan “Malaysia” , Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain pada akhir November 2007 kemudian menyatakan bahwa “Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri jiran tersebut.

G.    Fungsi Tari
Peranan seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan melalui stimulan individu, social dan komunikasi.
Oleh karena itu tari dapat berperan sebagai pemujaan, sarana komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya dengan ekspresi kehendak. Secara garis besar fungsi tari ada 4 antara lain :
1.      tari sebagai upacara
fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual.
2.      Tari sebagai sarana hiburan
Salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk di tonton.Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikan.
3.      Tari sebagai sarana pertunjukkan
Tari pertunjukkan adalah bentuk momunikasi sehingga ada penyampai pesan dan penerima pesan.Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat
4.      Tari sebagai sarana pendidikan
Tari yang digunakan untuk sarana pendidikan dengan mengajarkan di sekolah – sekolah formal.

H.    Prestasi Reog di Dunia Seni
1.      Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Paris.
2.      Tahun 1973
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) di Noumea-New Calidonea.
3.      Tahun 1973
Prestasi : JUARA II TINGKAT DUNIA
Mewakili Bangsa Indonesia dalam rangka Festival Kesenian Tingkat Dunia di Tahiti.
4.      Tahun 1988
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '88 di Brisbane-Australia.
5.      Tahun 1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Sevilla-Spanyol.
6.      Tahun 1992
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia (World Expo) '92 di Perth-Australia.
7.      Tahun 1994
Dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kuala Lumpur - Malaysia.
8.      Tahun 1995
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di London - Inggris.
9.      Tahun 1996
Dalam rangka Promosi Kesenian / Kebudayaan Republik Indonesia di Bangkok - Thailand.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
B.     Saran
Sebagai masyrakat dan generasi muda Indonesia kita harus menjaga dan melestarikan peninggalan budaya Indonesia dan jangan malu buat belajar dan mempromosikan ke dunia internasional agar Negara tetangga tau bahwa ini laah budaya Indonesia ini laah yang di miliki Indonesia dan tidak di klaim oleh bangsa asing salah satu nya yang saya bahas ini yaitu reog ponorogo yang di klaim Malaysia. Padahal jelas reog ponorogo merupakan asli daribudaya Indonesia, jadi sebagai masyrakat dan generasi muda Indonesia kita harus mau mempelajari dan mempertahankan budaya negri sendiri jangan sudah di klaim baru berteriak teriak bahwa itu punya Indonesia, kalau bukan kita generasi muda siapa lagi yang tergerak hati nya untuk mempertahankan budaya Indonesia kita ini.




Share:

Blogger templates