Konservasi tanah
mempunyai arti luas dan sempi dimana konservasi tanah dalam arti luas adalah
penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan kosenvasi tanah dalam
arti sempit adalah upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki
tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.
Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang
berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga
tindakan konservasi air. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air
hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu
aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu
musim kemarau.
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR
Metode yang digunakan dalam konservasi tanah dan air
dibagi menjadi tiga macam metode yaitu :
1. Metode
vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan
lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah
(Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau
mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah,
menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan
mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah
dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi
untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah
kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan
mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Penanaman rumput
kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain,
yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara
rapat, barisan maupun menurut kontur.
2. Metode
mekanik
Cara mekanik adalah
cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik
seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk
memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan
mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk dalam metode
mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi
secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi
banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis
tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh
bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan
penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah
menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur
tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan
menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur
adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan
air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim
kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi
ini. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi
bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan
serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui
proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras
berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang.
3. Metode kimia
Kemantapan struktur
tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi,
yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam
hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah.
Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba
tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah
liat yang berat (Arsyad, 1989). Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi
lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat
diperlukan mengingat:
Ø Lahan-lahan
bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan
banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
Ø Pada
waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
Ø Pengerjaan
lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat
pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer
dan alat-alat berat lainnya.
KARAKTERISTIK DAERAH STUDI KASUS
Untuk memberikan
gambaran umum kondisi embung-embung di wilayah Timor Barat dilakukan studi
lansekap daerah tangkapan air embung Oemasi, Oelomin dan Oeltua Kabupaten
Kupang, embung Bu’at dan Besipae, Kab. Timor Tengah Selatan (TTS); ‘embung’ Benkoko dan ‘embung’ Sasi (TTU),
Kab. Timor Tengah Utara; dan
‘embung’ Leosama, Kab. Belu.
Ketinggian dari permukaan laut,
masing-masing lokasi adalah 50 m (Leosama, Belu), 400-500 m (Oemasi, Oelomin, Oeltua,
ManutapenKupang) hingga 1.000 m (Besipae, Bu’atTTS; Benkoko dan Sasi-TTU). Untuk studi pemodelan
embung dilakukan pengamatan aliran
permukaan dan erosi daerah tangkapan;
pendangkalan ‘embung’; ketersediaan air ‘embung’ sepanjang tahun; dan pemanfaatannya dilaksanakan pada ‘embung’
Desa Oemasi, Kupang. Sedangkan upaya
konservasi ‘embung’ dilakukan pada ‘embung’ Desa Leosama, Belu.
HASIL
Konservasi tanah
Konservasi tanah erat
kaitannya dengan konservasi
tumbuhan. Diketahui ada tiga metode
konservasi tanah, yaitu secara vegetatif,
fisik dan kimiawi. Konservasi vegetatif merupakan pilihan yang tepat
dilakukan, karena selain biayanya murah, juga mudah dilakukan oleh petani.
Konservasi tanah secara kimiawi untuk memperkokoh agregat tanah di daerah
tangkapan air ‘embung’, tampaknya
diperlukan biaya yang mahal. Konservasi tanah secara fisik mengunakan
bedengan, tanggul-tanggul, pematang dan
sebagainya perlu dipertimbangkan secara bijaksana sesuai dengan kondisi tektur
dan struktur tanah setempat. Kondisi
tanah liat bobonaro memiliki agregat yang amat mudah hancur pada musim
hujan. Salah satu contoh konservasi
fisik yang cukup berhasil ialah pemasangan batu pada lereng ‘embung’
Oemasi-Kupang. Selain itu, pada beberapa
lokasi daerah tangkapan, batu-batu
sebagai bahan pembuatan tanggul mudah diperoleh. Hal ini mungkin karena Pulau Timor menurut
sejarah pembentukan geologinya dikenal
sebagai pulau yang terangkat dari permukaan laut. Dari pengamatan penulis, ketika dilakukan pembuatan guludan pematang
penahan erosi, petani membersihkan
rumput-rumput terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan karena tanahnya amat keras dan berbongkah pada musim kemarau.
Meskipun demikian, sifat tanah ini mudah hancur pada musim hujan, sehingga
pematang amat mudah tererosi.
Konservasi air
Tujuan konservasi air
‘embung’ ialah mempertahankan agar air yang tertampung pada 3-4 bulan musim
hujan dapat digunakan sepanjang 8-9 musim kemarau. Hal ini karena, air yang tertampung di dalam ‘embung’
sepenuhnya mengandalkan air hujan dan aliran permukaan maka konservasi sumberdaya
air amat penting. Konservasi flora dan
tanah secara langsung akan berpengaruh terhadap konservasi sumberdaya air di
daerah tangkapan. Konservasi sumberdaya
air di daerah tangkapan akan tercapai apabila kapasitas infiltrasi dan
perkolasi lebih besar dari kapasitas evapotranspirasi dan aliran
permukaan. Kondisi tersebut akan
tercapai apabila konservasi tumbuhan dilaksanakan secara bijaksana. Di wilayah
Pulau Timor evapotranspirasi amat tinggi sepanjang 8-9 bulan musim kemarau. Kondisi evapotranspirasi akan seimbang dengan
infiltrasi, pada awal musim hujan. Ketika tanah sudah jenuh air
dan hujan terus turun
maka terjadilah aliran permukaan. Degradasi lahan daerah tangkapan air Pulau
Timor mengakibatkan laju aliran permukaan yang tinggi; sebaliknya infiltrasi dan perkolasi rendah.
Kondisi ini mengakibatkan suplesi air tanah rendah. Upaya yang perlu dilakukan
adalah konservasi vegetatif dengan pemilihan jenis tanaman yang tepat. Dari hasil penelitian penulis di ‘embung’
Oemasi, Kupang dapat ditunjukkan bahwa
penghijaun dengan monokultur pohon Gmelina arborea, terbukti mengakibatkan laju erosi yang
besar. Hal ini karena kanopi dan bentuk
daun Gmelina yang relatif lebar berperan menaungi dan menekan tumbuhan
bawah. Terhambatnya pertumbuhan
tumbuhan bawah mengakibatkan tanah gundul dan gembur sehingga mudah erosi.
Konservasi sumberdaya air embung dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
efisiensi pemanfaatan air pada budidaya pertanian. Kegiatan tersebut telah
diujicoba dengan budidaya tanaman sayuran menggunakan kantong polybag di
Oemasi, Kupang(7). Secara agronomis teknik budidaya tepat guna ini dapat
memberikan hasil yang bagus, meskipun
untuk keberlanjutan kegiatan masih perlu terus dilakukan pembinaan. Peningkatan
efisiensi pemanfaatan air dengan mengurangi kebocoran air melalui
perpipaan, kran-kran dan bak-bak
penampung juga perlu dilakukan oleh masyarakat pemakai air ’embung’.